Di sebuah desa kecil di pinggiran Bandung, Siti (37) menatap tenunannya yang tergulung di sudut rumah. Ia bermimpi bisa menjual hasil kerajinan itu ke pasar kota, bahkan membuka pelatihan kecil bagi ibu-ibu lain di kampungnya. Namun, harapan itu masih sekadar angan.
“Kalau ada pelatihan atau bantuan modal, pasti usaha kami bisa berkembang,” ujarnya pelan. “Tapi sampai sekarang, dana desa lebih banyak dipakai buat bikin jalan atau bangunan.”
Kisah Siti hanyalah satu dari banyak cerita serupa yang menggambarkan wajah desa-desa di Indonesia. Dana desa yang setiap tahun dikucurkan pemerintah sejatinya bukan hanya untuk membangun jalan atau jembatan, tapi juga untuk membangun manusia: memberdayakan masyarakat agar mandiri. Sayangnya, menurut pemerhati pedesaan Dede Farhan Aulawi, porsi untuk pemberdayaan masih jauh dari memadai.
“Sering kali prioritas anggaran diarahkan pada infrastruktur fisik. Padahal pemberdayaan masyarakat sama pentingnya, karena itu menyangkut peningkatan kapasitas dan kesejahteraan jangka panjang,” ujar Dede saat ditemui di Bandung, Sabtu (6/9).
Ia menilai, ada beberapa akar persoalan. Pertama, perencanaan yang kurang partisipatif. Warga desa kerap tidak benar-benar dilibatkan dalam penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKPDes). Kedua, kapasitas aparat desa dalam perencanaan dan pengelolaan anggaran masih terbatas. Dan ketiga, aturan birokrasi yang ketat membuat ruang gerak desa semakin sempit.
Dampaknya, kata Dede, bisa dirasakan langsung: masyarakat tidak mandiri, potensi lokal tidak tergarap optimal, dan kesenjangan sosial ekonomi tetap tinggi. “Program pemberdayaan sering hanya formalitas. Padahal, kalau ada komitmen serius, desa bisa jadi pusat lahirnya kemandirian,” tegasnya.
Bagi Siti, jalan beton yang mulus memang membantu akses ke kota. Tetapi tanpa keterampilan dan modal, ia tetap terjebak dalam lingkaran yang sama: bekerja sekadarnya tanpa peluang berkembang. “Kami ingin maju, tapi harus ada yang memfasilitasi,” katanya lirih.
Di balik suara Siti, tersimpan pesan yang jelas: pembangunan desa sejatinya bukan hanya soal fisik, tetapi juga soal manusia. Dan pemberdayaan adalah kunci agar mimpi mereka tidak berhenti sebagai angan-angan.
Comment