Amanat Galunggung dalam Konteks Sejarah dan Legenda
Oleh: Dede Farhan Aulawi
Warisan Petuah Leluhur
Amanat Galunggung dikenal sebagai salah satu naskah penting dalam tradisi Sunda. Isi utamanya berupa pesan Prabu Darmasiksa kepada anak-cucu dan keturunannya di tanah Priangan. Pesan tersebut berisi pedoman moral: menjaga kabuyutan (tanah leluhur yang disucikan), melindungi tanah air dari pengaruh asing, menghormati leluhur, hidup jujur, serta menjauhi perbuatan tercela. Amanat ini tidak hanya bersifat spiritual, tetapi juga menjadi panduan sosial-politik bagi masyarakat Sunda.
Galunggung: Gunung, Sejarah, dan Simbol
Gunung Galunggung, yang kini kita kenal sebagai gunung berapi aktif di Tasikmalaya, bukan hanya menyimpan catatan letusan besar (1822 dan 1982), tetapi juga sarat makna simbolis. Dalam budaya Sunda, gunung adalah lambang kekuatan, tempat yang disucikan, dan sumber keseimbangan kosmos. Maka, legenda yang lahir dari Galunggung tidak bisa dilepaskan dari pandangan kosmologi Sunda.
Legenda Runtuhnya Kemakmuran
Salah satu kisah yang kerap dituturkan adalah legenda Prabu Guru Sekarsungsang dan Putri Inten Dewata. Rakyat kala itu hidup dalam kemakmuran, namun karena kesombongan dan kelalaian, mereka melupakan ajaran leluhur dan berhenti bersyukur kepada Sang Pencipta. Ketika keseimbangan antara manusia dan alam dilanggar, murka Tuhan pun turun. Letusan Galunggung digambarkan sebagai bentuk peringatan keras, sekaligus simbol bahwa kemakmuran tanpa keimanan akan berujung pada kehancuran.
Pesan Moral dalam Amanat Galunggung
Ada beberapa ajaran utama yang bisa dijadikan pedoman hidup hingga kini:
-
Rendah hati dalam kemakmuran. Kesombongan hanya membawa bencana.
-
Syukur kepada Sang Pencipta. Alam menjadi sarana teguran ketika manusia lalai.
-
Hidup selaras dengan alam. Eksploitasi berlebihan dan keserakahan melahirkan malapetaka.
-
Menghormati leluhur dan tradisi. Nilai kearifan lokal seperti gotong royong, tenggang rasa, serta keseimbangan hidup harus dijaga.
-
Gunung sebagai simbol spiritual. Galunggung dipandang bukan sekadar gunung berapi, melainkan pusat energi, keseimbangan, dan hubungan manusia dengan alam semesta.
Tradisi Penuturan
Pesan Amanat Galunggung disampaikan turun-temurun lewat berbagai medium: pantun Sunda, wawacan, carita pantun, hingga dongeng lisan. Para ajengan, kuncen, dan tetua adat berperan sebagai penjaga tradisi, memastikan bahwa amanat ini tetap hidup di hati masyarakat. Dengan begitu, Amanat Galunggung bukan sekadar cerita masa lalu, melainkan panduan moral dan kebangsaan yang relevan hingga sekarang.
Refleksi untuk Masa Kini
Jika ditarik ke konteks modern, pesan ini menegaskan pentingnya membangun kesadaran nasional:
-
Jangan mudah terpengaruh oleh pihak luar yang ingin merusak persatuan.
-
Jagalah keseimbangan lingkungan agar pembangunan tidak merusak alam.
-
Rawat nilai-nilai luhur bangsa sebagai benteng menghadapi arus globalisasi.
Amanat Galunggung adalah suara leluhur yang mengingatkan kita: kemakmuran sejati hanya akan hadir bila manusia hidup dengan rendah hati, bersyukur, menjaga alam, dan setia pada ajaran kebaikan.

Comment