Home » Berita » STUDI KOMPARATIF PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA BESAR DUNIA

STUDI KOMPARATIF PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA BESAR DUNIA

Oleh : Dede Farhan Aulawi

Semua kota besar di Indonesia memiliki salah satu persoalan fundamental perkotaan, yaitu soal tata kelola sampah yang volumenya hampir tidak terkendali, bahkan dari waktu ke waktu jumlahnya semakin meningkat tajam. Belum lagi terhitung yang buang sampah sembarangan sehingga menimbulkan banjir di musim hujan. Oleh karena itu bagi sebagian warga menilai keberhasilan suatu pemerintahan dinilai pada kemampuannya mengatasi persoalan sampah perkotaan. Untuk lebih jelasnya saya coba berbagi pengalaman terkait tata kelola sampah di beberapa kota dunia.

Manajemen pengelolaan sampah yang berhasil di dunia biasanya punya beberapa ciri utama seperti sistem daur ulang yang efektif, pengurangan sampah dari sumbernya, serta partisipasi aktif masyarakat dan pemerintah. Berikut beberapa contoh negara atau kota yang dikenal berhasil dalam pengelolaan sampah :

1. Jepang. Sistem pemilahan sampah yang ketat, dimana sampah dipilah sangat rinci mulai dari plastik, kertas, sampah organik, hingga sampah berbahaya. Pengelolaan sampah organik secara umum diolah menjadi kompos. Teknologi pengolahan sampah menggunakan incinerator dengan teknologi canggih untuk meminimalkan limbah dan menghasilkan energi.

2. Jerman. Sistem “Green Dot” (Der Grüne Punkt) dimana produsen wajib membayar untuk kemasan yang digunakan, sehingga mendorong desain kemasan yang ramah lingkungan. Sistem daur ulang sangat maju dan sampah dipilah menjadi beberapa kategori, dan tingkat daur ulangnya mencapai lebih dari 60%. Kemudian ada Zero Waste Policy dimana beberapa kota seperti Hamburg menerapkan kebijakan untuk mendekati nol sampah ke tempat pembuangan akhir.

Penerapan Job Safety Analysis (JSA) dalam Meningkatkan Keselamatan Kerja

3. Korea Selatan. Sistem pembayaran berdasarkan jumlah sampah (Pay-As-You-Throw). Warga harus membayar sesuai dengan volume sampah yang dibuang, sehingga mendorong pengurangan sampah. Penggunaan teknologi canggih, termasuk pemanfaatan sampah untuk energi dan penggunaan aplikasi digital untuk edukasi dan pengawasan.

4. Swedia. Pemanfaatan sampah sebagai sumber energi dimana lebih dari 99% sampah dipakai ulang, didaur ulang, atau diolah menjadi energi (waste-to-energy). Swedia bahkan mengimpor sampah dari negara lain untuk diolah menjadi energi karena kebutuhan energinya yang tinggi.

5. Singapura. Pengelolaan sampah terintegrasi menggunakan teknologi modern untuk pengumpulan, pemilahan, dan pengolahan. Inisiatif pengurangan sampah melalui kampanye edukasi intensif kepada masyarakat dan regulasi ketat tentang penggunaan plastik sekali pakai.

Secara khusus pada kesempatan ini saya perdalam tentang pengelolaan sampah di Kota Stockholm, ibu kota Swedia, dikenal sebagai salah satu kota paling bersih dan berkelanjutan di dunia, terutama dalam pengelolaan sampah. Pengelolaan sampah di Stockholm sangat maju karena pendekatan yang terintegrasi, berbasis teknologi, dan berorientasi pada lingkungan. Berikut adalah beberapa cara Stockholm mengelola sampah.

Pertama, Pemilahan Sampah yang Ketat. Warga Stockholm terbiasa memilah sampah sejak dari rumah. Sampah dipisahkan menjadi beberapa kategori, seperti Organik (limbah makanan), Kertas dan karton, Plastik, Logam, Kaca, Elektronik, dan barang berbahaya (baterai, cat, dll.) Tempat sampah terpisah disediakan di setiap lingkungan, dan pemisahan ini diwajibkan oleh peraturan.

Perubahan Iklim, Lingkungan, dan Biodiversitas, Tantangan Global bagi Keberlanjutan Kehidupan

Kedua, Sistem Pipa Vakum (Automated Waste Collection System). Di beberapa bagian kota, Stockholm menggunakan sistem pengumpulan sampah bawah tanah dengan pipa vakum (AWCS). Cara kerjanya :
– Warga membuang sampah ke terminal khusus.
– Sampah disedot melalui pipa bawah tanah menuju pusat pengumpulan.
– Mengurangi lalu lintas truk sampah dan emisi karbon.

Ketiga, Pengolahan Sampah Menjadi Energi (Waste-to-Energy). Swedia, termasuk Stockholm, terkenal dengan sistem waste-to-energy :
– Sampah yang tidak bisa didaur ulang dibakar di insinerator modern.
– Proses ini menghasilkan panas dan listrik untuk rumah-rumah.
– Teknologi ini ramah lingkungan, dengan sistem penyaring polusi yang sangat canggih.
– Sekitar 99% sampah rumah tangga di Swedia tidak berakhir di TPA.

Keempat, Kompos dari Sampah Organik. Sampah makanan dikumpulkan secara terpisah. Diolah menjadi biogas (untuk bahan bakar kendaraan umum) atau kompos (untuk pertanian dan taman kota).

Kelima, Sistem Insentif dan Edukasi Publik. Pemerintah Stockholm memberikan edukasi intensif kepada warganya sejak usia sekolah. Ada insentif finansial bagi warga dan perusahaan yang mengelola limbah dengan baik. Sistem “Pay-as-you-throw”, dimana pembebanan biaya sampah berdasarkan jumlah dan jenis sampah yang dihasilkan, mendorong masyarakat untuk mengurangi dan memilah sampah.

Keenam, Penggunaan Teknologi Digital. Aplikasi dan sistem digital digunakan untuk memantau volume sampah, jadwal pengambilan, dan pelaporan limbah ilegal. Sensor pada tempat sampah cerdas akan memberi tahu kapan sudah penuh agar segera dikosongkan.

Pertanian Hijau dan Berkelanjutan, Menjaga Alam, Menjamin Masa Depan

Ketujuh, Pengurangan Sampah & Ekonomi Sirkular. Stockholm mendorong konsep ekonomi sirkular, yaitu :
– Memperbaiki barang rusak
– Menyewakan alih-alih membeli
– Berbagi barang (sharing economy)
– Banyak toko barang bekas (second-hand) dan fasilitas daur ulang kreatif.

Kedelapan, Import Sampah. Menariknya, karena sistem pengolahan yang sangat efisien, Swedia bahkan mengimpor sampah dari negara lain (seperti Norwegia) untuk diolah menjadi energi.

Jadi kesimpulannya adalah bahwa kota Stockholm berhasil mengelola sampah dengan Pemilahan ketat, Teknologi pipa vakum, Daur ulang maksimal, Energi dari sampah, Edukasi dan insentif warga, dan minim sampah ke TPA. Semoga bermanfaat.

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!
× Advertisement
× Advertisement