Oleh: Dede Farhan Aulawi
Membangun kekuatan militer suatu negara memerlukan strategi terpadu yang mencakup modernisasi alutsista dan perlengkapan pertahanan, pelatihan dan pengembangan personel, penguatan industri pertahanan dalam negeri, serta pembangunan sistem sinergis untuk pengelolaan sumber daya nasional. Selain itu, faktor seperti geografi, anggaran belanja militer, serta kemampuan teknologi modern seperti drone dan kecerdasan buatan (AI) menjadi kunci dalam menghadapi ancaman yang semakin kompleks. Dalam konteks ini, kemampuan menghitung kebutuhan anggaran untuk membangun kekuatan militer menjadi sangat penting.
Menghitung kebutuhan militer suatu negara merupakan proses kompleks dan multidimensi. Tidak ada satu formula tunggal yang berlaku universal, karena setiap negara memiliki konteks strategis, geografis, ekonomi, dan politik yang berbeda. Namun, ada beberapa metode dan pendekatan kuantitatif maupun kualitatif yang digunakan dalam perencanaan militer di seluruh dunia. Pendekatan umum meliputi:
1. Analisis Ancaman dan Tujuan Strategis (Threat-Based Planning)
Formula dasar:
Kebutuhan Militer = Kapasitas Ancaman + Margin Keunggulan Strategis
Langkah-langkah:
-
Menentukan ancaman eksternal dan internal (negara tetangga, konflik wilayah, terorisme).
-
Menyesuaikan kekuatan militer agar cukup untuk menangkal atau mengalahkan ancaman tersebut.
-
Penilaian mencakup: Siapa musuh potensial? Berapa kekuatan mereka? Teknologi apa yang mereka miliki?
2. Capability-Based Planning (Perencanaan Berbasis Kapabilitas)
Fokus pada kemampuan militer yang dibutuhkan, bukan hanya siapa musuhnya.
Contoh pendekatan:
Kebutuhan = Jumlah Misi × (Unit per Misi + Logistik + Cadangan)
Misalnya, jika negara perlu mengamankan 3 wilayah perbatasan, masing-masing memerlukan 1 batalyon, maka dibutuhkan minimal 3 batalyon ditambah cadangan dan dukungan logistik. Pendekatan ini digunakan untuk menghadapi ketidakpastian di masa depan.
3. Formulasi Ekonomi Militer (Military Spending Formulas)
Pendekatan berbasis anggaran:
Military Spending = % GDP × Total GDP
Contoh:
-
GDP negara: $500 miliar
-
Alokasi militer: 2% → $10 miliar
-
Dana ini dibagi untuk: personel (gaji, pelatihan), persenjataan, R&D, infrastruktur (basis militer, pelabuhan), serta logistik dan operasional.
4. Analisis Struktur Pasukan (Force Structure Analysis)
Rumus sederhana:
Total Kekuatan = Jumlah Divisi × Ukuran per Divisi
Pertimbangan:
-
Rasio tentara per 1.000 penduduk (rata-rata global: 2–5 per 1.000 penduduk).
-
Rasio tentara per km² wilayah.
-
Standar NATO atau regional dapat dijadikan acuan.
5. Manajemen Risiko & Doktrin Operasi
Perhitungan kebutuhan militer juga dipengaruhi oleh:
-
Jumlah konflik yang diantisipasi.
-
Karakter negara: defensif atau ofensif.
-
Keterlibatan dalam operasi luar negeri.
6. Simulasi & War-Gaming
Menggunakan simulasi komputer dan model matematika untuk menguji skenario perang.
Output digunakan untuk menentukan:
-
Jumlah tank, pesawat tempur, atau kapal induk yang dibutuhkan.
7. Benchmarking dan Komparasi Regional
Membandingkan kekuatan militer dengan negara tetangga:
Index Kekuasaan Militer = (Personel + Alpalhankam + Teknologi + Doktrin + Logistik) ÷ Populasi
Contoh Perhitungan Sederhana:
Misal, Negara X ingin menjaga perbatasan sepanjang 2.000 km, dan tiap batalyon efektif menjaga 100 km:
-
Dibutuhkan: 2.000 km ÷ 100 km = 20 batalyon
-
Jika satu batalyon = 500 tentara → 20 × 500 = 10.000 personel
-
Tambahkan 30% cadangan dan logistik → 10.000 + 30% = 13.000 personel total
Pendekatan Populer Dunia:
-
NATO Defence Planning Process (NDPP)
-
U.S. Quadrennial Defense Review (QDR)
-
Chinese Military White Paper (CMS)
-
Russia’s State Armaments Program (SAP)
Dengan demikian, perhitungan kebutuhan kekuatan militer harus menggabungkan berbagai aspek: strategi nasional (defensif atau ofensif), analisis ancaman, kemampuan ekonomi dan anggaran, teknologi dan industri pertahanan, geografi dan posisi strategis, serta populasi dan sumber daya manusia.

Comment